ILMU BUDAYA DASAR
“KEBUDAYAAN DAN MITOS PERNIKAHAN”
Nama: Vanessa Juliette Alexia S.
Kelas: 1ID06
NPM: 39413087
Jurusan Teknik Industri 2013
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Gunadarma
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat rahmat dan kuasa-Nyalah makalah ini dapat selesai tepat
pada waktunya. Penulis dapat menyelesaikan makalah ini tentunya dengan dukungan
dari berbagai sumber yang penulis cari di Buku yang
berjudul “Ilmu Budaya Dasar” karangan Widyo Nugroho maupun yang penulis cari di internet. Demikian
pula dukungan dari keluarga dan teman-teman serta dosen mata kuliah Ilmu Budaya
Dasar Bapak Apipudin S.Th.I, MA. Hum. Namun penulis juga melakukan banyak
pengeditan dari sumber tersebut jadi penulis tidak hanya menyalinnya dan langsung menerapkan ke makalah namun juga mendalami dan
memahaminya.
Didalam makalah ini penulis mencoba untuk membuat materi
diatas saling berhubungan namun, penulis yakin makalah ini merupakan salah satu
makalah yang disusun dengan baik dan mudah dipahami. Namun tidak menutup
kemungkinan untuk pemberian kritik dan saran dari pembaca. Terima kasih
Depok,
24 Desember 2013
Penulis
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Mitos adalah cerita rakyat ataupun cerita tradisional yang biasanya diturunkan dari generasi
ke generasi melalui mulut ke mulut. Mitos juga bisa berarti penyampain kisah
sejarah jaman dahulu yang dilebih-lebihkan. Mitos ini sesungguhnya ada karena
adanya suatu tujuan yaitu untuk membentuk suatu bentuk atau model kepribadian
yang dipercayai dan dianut oleh generasi selanjutnya agar tidak terjadi
penyimpangan di generasi berikutnya. Mitos ini pun terjadi dalam berbagai
bidang dan salah satu bidang terunik adalah pada pernikahan.
Pernikahan
adalah salah satu ritual untuk mengesahkan suatu hubungan cinta dimata hukum
dan agama. Tentunya tiap kebudayaan memiliki ritualnya sendiri bagaimana
pernikahan itu berjalan. Namun sebelum pernikahan maupun selama pernikahan itu
berjalan pun tentunya ada kepercayaan-kepercayaan ataupun mitos tersendiri agar
pernikahan itu berjalan lancar ataupun bahagia selamanya dan tidak terperangkap
tabu ataupun pamali yang sudah diturunkan secara turun temurun tergantung pada
kebudayaannya. Mitos pada pernikahan tidak hanya memiliki keunikan sendiri di
Indonesia melainkan juga pada skala Internasional.
1.2 Tujuan
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar dan untuk menambah wawasan akan
adanya mitos-mitos pernikahan diberbagai negara maupun daerah tergantung pada
kebudayaan dan sukunya serta mengetahui keterkaitan antara kebudayaan dengan
mitos-mitos pernikahan tersebut.
1.3 Manfaat
Diharapkan
mahasiswa dapat memiliki wawasan lebih luas akan mitos pernikahan dan
keterkaitannya dengan kebudayaan masing-masing negara.
Bab
II
Kebudayaan
dan Mitos Pernikahan
2.1
Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan mencakup bidang yang luas sehingga definisinya pun tidak
terbatas. Kebudayaan dikaji dari arti bahasa adalah sebagi berikut, dalam
bahasa sanserkerta “budhayah”” yang berarti akal dan budi sedangkan dalam
bahasa latin “colere” yang berarti mengolah tanah. Jadi secara umum definisi
kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipikirkan oleh akal pikiran manusia
untuk mengolah tanah tempat tinggalnya atau untuk dapat mempertahankan
kehidupannya.
Menurut salah satu antropolog, bernama E.B Taylor mendefinisikan
kebudayaan sebagai kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat dan kebiasaan-kebiasaan manusia yang didapatkan manusia
sebagai anggota masyarakat. Dan juga Selo Soemarjan dan Soelaman Soemardi,
mendefinisikan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
Menurut saya sendiri definisi kebudayaan itu sendiri adalah akal pikir
manusia yang berkembang dan berpikir untuk menciptakan suatu karya untuk
mempertahankan hidup didunia kemasyarakatan. Kesimpulannya kebudayaan adalah
sistem nilai dan gagasan utama.
2.2 Pengertian Mitos dan Mitos Pernikahan
Mitos (bahasa Yunani: μῦθος— mythos) atau mite (bahasa Belanda: mythe) adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan kisah berlatar masa lampau, mengandung
penafsiran tentang alam semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya, serta
dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Dalam
pengertian yang lebih luas, mitos dapat mengacu kepadacerita tradisional. Pada umumnya mitos menceritakan
terjadinya alam semesta, dunia dan para makhluk
penghuninya, bentuk topografi, kisah para makhluk
supranatural, dan sebagainya. Mitos dapat timbul sebagai catatan peristiwa sejarah yang terlalu dilebih-lebihkan, sebagai alegori ataupersonifikasi bagi fenomena alam, atau sebagai suatu penjelasan tentang ritual. Mereka disebarkan untuk
menyampaikan pengalaman religius atau ideal, untuk membentuk
model sifat-sifat tertentu, dan sebagai bahan ajarandalam suatu komunitas.
Mitos
pernikahan bisa berarti baik dan bisa berarti buruk, mitos pernikahan adalah
kisah atau kepercayaan bahwa sesuatu hal selama berjalannya pernikahan dan
sebelum pernikahan tersebut sesuatu hal dapat memberikan dampak baik dan buruk.
Mitos ini tentunya diturunkan dari generasi ke generasi untuk menghindari suatu
bentuk penyimpangan ataupun ketidakbahagiaan pada kedua sejoli yang akan
bersatu tersebut.
2.3 Mitos-Mitos
Pernikahan di Indonesia maupun Luar Negeri
2.3.1 Luar Negeri
2.3.1.1 Korea
Pertunangan
Di pertunangan Korea, hadiah adalah unsur penting. Hadiah harus diserahkan semalam sebelum pesta pernikahan. Pengantin laki-laki harus mengenakan kostum dan wajahnya dilumuri tinta cumi-cumi sampai hitam. Setelah itu, teman pengantin laki-laki harus berkeliling membawa kotak yang dipenuhi dengan hadiah. Kotak ini biasa disebut hahm. Hadiah-hadiah tersebut akan dibeli oleh keluarga mempelai wanita. Sekitar 300 sampai 400 juta bisa dihabiskan untuk hadiah-hadiah tersebut. (2)
Di pertunangan Korea, hadiah adalah unsur penting. Hadiah harus diserahkan semalam sebelum pesta pernikahan. Pengantin laki-laki harus mengenakan kostum dan wajahnya dilumuri tinta cumi-cumi sampai hitam. Setelah itu, teman pengantin laki-laki harus berkeliling membawa kotak yang dipenuhi dengan hadiah. Kotak ini biasa disebut hahm. Hadiah-hadiah tersebut akan dibeli oleh keluarga mempelai wanita. Sekitar 300 sampai 400 juta bisa dihabiskan untuk hadiah-hadiah tersebut. (2)
Tradisi:
memukuli kaki pria
Tradisi
ini dilakukan di Korea Selatan hingga saat ini, di mana para pengantin wanita
diperbolehkan memukuli kaki suaminya. Tak dilakukan sembarangan, prosesi ini
melibatkan sebuah ikan yang bernama yellow corvina sebagai tongkat pemukulnya.
Tradisi ini masih dilakukan hingga sekarang karena diyakini dapat membuat
mempelai pria lebih kuat dan siap untuk malam pengantin nanti. (3)
Saat pengantin pria masuk ke
dalam rumah pengantin wanita, dia harus menyerahkan seekor angsa liar untuk ibu
mertuanya. Di Korea Selatan, angsa adalah simbol kesuburan dan komitmen.
Diharapkan, sang menantu pria dapat memberi keturunan yang baik dan menjaga
komitmen untuk terus hidup bersama mempelai wanita, dalam suka dan duka. (4)
2.3.1.2 Yunani
Yunani
dikenal dengan mitologi-mitologi yang sudah terkenal dimata dunia. Banyak kisah
dewa-dewa Yunani yang terkenal dari mitologi Yunani. Berbagai kisah yang
menceritakan pun kian membuat popularitas mitologi Yunani semakin meluas. Tidak
tertutup pada hal itu saja, untuk pernikahan, Yunani juga mempunyai mitos
tersendiri. Mitos ini memang tidak masuk akal. Ketika seseorang wanita akan
menyelenggarakan pernikahan, ia diharuskan untuk menyelipkan gula batu di
sarung tangan yang akan ia kenakan pada saat upacara pernikahan. Alasannya
adalah gula batu ini dipercaya mampu mempermanis gaun pengantin yang dikenakan.
(5)
2.3.1.3 Inggris
Di Inggris apabila ada
seekor laba-laba ditemukan di gaun pengantin, maka itu adalah pertanda sebuah
keberuntungan akan mendatangi rumahtangga pasangan tersebut. Selain itu,
masyarakat Inggris juga menganggap bahwa hari Rabu adalah hari yang paling baik
untuk melangsungkan pernikahan, bukannya hari sabtu. Walaupun begitu, apa yang
terjadi di Inggris adalah sebaliknya. Banyak masyarakat Inggris yang justru
menikah pada hari Sabtu. (5)
2.3.1.4 Mesir
Pada hari pernikahan di
Mesir, jika si pengantin wanita sedang melangsungkan pernikahan dan kemudian
dicubiti oleh teman-teman wanita mempelai, ini adalah pertanda yang bagus untuk
pernikahan kedua pasangan tersebut. Ini juga sebuah pertanda bahwa pihak mempelai akan segera
mendapatkan keberuntungan dalam
kehidupan pernikahannya. (5)
2.3.1.5 Swedia
Jika
biasanya pernikahan adalah suatu masa dimana seorang wanita akan terlepas dari
keluarganya dan mengabdi pada suami, bahkan suatu yang bisa dikatakan bahwa
wanita bisa hidup mandiri dengan pasangannya. Ini tidak diyakini oleh
masyarakat Swedia.
Di
Swedia, pengantin wanita akan menyimpan koin perak yang berasal dari sang ayah
dan ibu di dalam sepatunya. Hal ini dipercaya bahwa ini adalah pertanda bahwa para wanita Swedia tidak akan
bisa melangkah sejauh ini tanpa doa dari kedua orang tuanya. (5)
2.3.2 Indonesia
2.3.3.1 Adat Jawa
Penentuan tanggal
Yang dihindari
·
Bulan
Suro atau Muharram menurut penanggalan Islam/Jawa, adalah bulan yang dihindari
untuk melangsungkan acara hajatan seperti pernikahan. Bagi yang percaya, acara
pernikahan pada bulan Suro dianggap membawa bencana. Secara ilmiah, hal ini
juga bisa dimengerti apabila bulan Suro bertepatan dengan musim penghujan yang
riskan akan banjir, badai, dan semacamnya.
·
Perhitungan
tanggal/hari lahir calon mempelai menurut kalender Jawa. Kombinasi dari hari
kelahiran bagi kaum tua Jawa tidak bisa dianggap remeh agar memberikan berkah
dan kebahagiaan bagi kedua mempelai. Apalagi jika perhitungan kalender Jawa ini
menunjukkan tentang bencana, kematian, penyakit, maka lebih baik dihindari.
Bukan dalam rangka untuk percaya pada syirik, tetapi lebih dalam hal
penghormatan dari kaum muda kepada kaum tua.
·
Pihak
cowok menuntut tanggal yang tidak disukai oleh keluarga pihak cewek.
Yang
dianjurkan
·
Bulan
Syawal atau lebaran dianggap membawa banyak berkah. Di samping membawa manfaat
bahwa kebanyakan keluarga Indonesia akan menikmati libur lebaran karena banyak
anggota keluarga yang tidak berhalangan hadir.
·
Pihak
cewek memiliki porsi besar untuk menentukan keputusan tanggal pernikahan,
karena adat Indonesia kebanyakan menempatkan acara pernikahan di
kediaman/hajatan pihak cewek.
Pemakaian Batik Parang
Pemakaian batik motif Parang Rusak, diyakini dan dipercaya
dapat membawa kesialan pada pernikahan dan selanjutnya pernikahan tersebut akan
penuh dengan perselisihan dan perpisahan.
Padahal, meruntun pada
sejarahnya, garis demi garis pada motif batik parang rusak ini memiliki nilai
filosofis yang tinggi. Sejarahnya, motif parang rusak ini muncul pada abad
ke-11. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa motif ini muncul di abad 16an.
Dengan bentuk menyerupai ombak, ini memiliki arti semangat pantang menyerah
layaknya ombak yang tidak ada hentinya bergerak.
Ditambah lagi, motifnya
yang seakan tidak putus ini juga dikatakan melambangkan sebagai sebuah bentuk
pertalian yang tidak akan putus. Garis lurus diagonalnya juga dipercaya sebagai
lambang rasa hormat dan sigap serta telaten pada pekerjaan..(7)
2.3.3.2
Berbagai suku di Indonesia
Pingitan
Di Indonesia, beberapa saat sebelum pernikahan dilangsungkan, sebagian besar
orangtua melarang anak perempuannya untuk berjumpa dengan calon suaminya.
Tradisi yang disebut sebagai pingitan ini sebenarnya didasari beberapa alasan,
antara lain memberi waktu bagi masing-masing calon mempelai untuk introspeksi
dan mempersiapkan fisik serta mental membangun rumah tangga baru bersama serta
menghindari hubungan yang lewat batas. Selain itu, pingitan juga akan meredam
pertengkaran yang seringkali terjadi akibat terlalu lelah dan stress
mempersiapkan pernikahan. Dengan demikian, tradisi ini juga akan menghindarkan
kegagalan rencana pernikahan Anda akibat pertengkaran yang timbul. Keuntungan
lainnya dari tradisi pingitan adalah akan timbulnya perasaan rindu di kedua
belah pihak, sehingga saat pernikahan berlangsung, suasananya menjadi jauh
lebih romantis.(8)
2.4
Keterkaitan Kebudayaan dengan Mitos Pernikahan
Kebudayaan dengan mitos pernikahan
sangat berkaitan karena mitos merupakan suatu kepercayaan turun temurun yang
sudah menjadikan mitos suatu kebudayaan yang ada dan menjadi suatu hukum tidak
tertulis yang harus ditaati. Mitos ini pun menjadi suatu kebudayaan juga karena
memiliki suatu alasan yang dapat memberikan pengaruh baik ataupun buruk.
Bab
III
Penutup
3.1
Kesimpulan
Mitos
pernikahan dan kebudayaan saling berkaitan, dan mitos itu akan terus dipercaya
dan dilaksanakan untuk menghindari terjadinya suatu penyimpangan dan pelanggaran yang dapat mengarah ke
perpisahan atau ketidakbahagiaan. Adanya mitos ini untuk membentuk perilaku dan
bentuk yang sesuai dengan norma dan kebudayaan yang ada.
3.2
Saran
Kebudayaan
dan mitos pernikahan yang mengarah positif dilestarikan agar dapat dipelajari
dan diketahui oleh generasi selanjutnya. Namun apabila mitos itu justru
menghambat atau menyalahi suatu nilai moral ataupun agama akan lebih baik bila
dihilangkan ataupun tidak terlalu dipercayai.
(4) http://www.vemale.com/relationship/love/20309-tradisi-pernikahan-unik-dan-aneh-dari-berbagai-negara-1.html
(7)
http://www.vemale.com/woman-extra/37239-pakai-batik-parang-bisa-bawa-sial-di-pernikahan-mitos-atau-fakta.html